Assalamu'alaikum ...

🌟 SD Negeri 2 Tunahan – "Cerdas dalam Pikiran, Luhur dalam Perilaku" – Langkah Kecil Mengubah Masa Depan – Bersama SD Negeri 2 Tunahan, Mari Wujudkan Mimpi 🌟
Menu
SD Negeri 2 Tunahan

Dilema Sosial antara MBG vs Pedagang Makanan Keliling di SD Negeri 2 Tunahan

Sejak tanggal 23 Oktober 2025 suasana jam istirahat di SD Negeri 2 Tunahan tampak berbeda dari biasanya. Jika dulu murid-murid berlarian ke depan sekolah untuk membeli jajanan dari penjual keliling, kini mereka tertib mengantre di meja pembagian Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ini merupakan bagian dari program pemerintah dalam mendukung gerakan Sekolah Sehat dan Ramah Anak. Melalui MBG, setiap murid mendapatkan asupan gizi yang terukur, sehat, dan aman untuk dikonsumsi. Menu harian pun disusun sesuai standar gizi, mulai dari nasi lauk bergizi, sayur, buah, hingga minuman sehat. Program ini dilaksanakan langsung oleh sekolah di bawah pengawasan guru dan pihak penyedia resmi yang ditunjuk pemerintah. Dan pihak sekolah membuat kebijakan pembagian MBG pada jam istirahat, dengan pertimbangan tidak mengganggu jam pembelajaran aktif.

Namun, di balik kesuksesan program ini, muncul persoalan sosial yang menarik perhatian: keberadaan para pedagang jajan keliling yang biasa berjualan di depan sekolah kini terdampak cukup signifikan. Mereka mengaku pendapatan menurun sejak murid tidak lagi membeli jajanan saat istirahat. Karena sekarang anak-anak sudah dapat makan gratis dari sekolah, serta waktu yang tersita untuk makan bersama di ruang kelas.

Dari sudut pandang sekolah, kebijakan ini bukan sekadar aturan, melainkan bentuk tanggung jawab moral dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan murid. Kepala SD Negeri 2 Tunahan menjelaskan bahwa pihak sekolah hanya melaksanakan amanat dari pemerintah.

“MBG adalah program resmi pemerintah yang diatur dengan ketentuan ketat, termasuk sumber bahan dan penyedia layanan. Sekolah tidak bisa bekerja sama dengan pedagang keliling untuk berkontribusi dalam penyediaan bahan makanan karena semuanya sudah diatur melalui mekanisme pemerintah,” ujarnya.

Meski demikian, pihak sekolah tetap berempati terhadap kondisi para penjual keliling yang terdampak. Sekolah memahami bahwa mereka juga bagian dari lingkungan sosial yang selama ini turut mendukung kehidupan sekolah. “Kami menyadari dampak sosialnya. Karena itu, kami berupaya menjaga hubungan baik dengan para penjual agar tetap bisa berjualan di luar jam sekolah, seperti setelah jam pulang,” tambahnya.

Program MBG di SD Negeri 2 Tunahan mendapat respon positif dari orang tua murid. Banyak wali murid merasa lebih tenang karena anak-anak kini mendapatkan makanan sehat tanpa harus jajan sembarangan. “Kami senang anak-anak diberi makan bergizi. Sekolah juga lebih teratur, meskipun memang kasihan juga pedagang yang biasanya mangkal di depan sekolah,” ungkap salah satu wali murid dengan nada campur aduk antara syukur dan iba.

Fenomena ini menjadi cermin dilema etika dan bujukan moral. Di satu sisi, program MBG sangat baik untuk kesehatan murid dan menciptakan lingkungan sekolah yang sehat. Namun di sisi lain, ada kelompok masyarakat yang terdampak secara ekonomi.

Kepala Sekolah menutup dengan pesan reflektif:

“Kami berpegang pada aturan dan tujuan utama program, yaitu menyehatkan anak bangsa. Tapi kami juga belajar dari situasi ini, bahwa kebijakan yang baik tetap harus dijalankan dengan empati dan kepedulian sosial.”

Dengan semangat kolaborasi dan komunikasi yang baik, SD Negeri 2 Tunahan berharap seluruh pihak dapat memahami kebijakan ini sebagai langkah positif untuk masa depan anak-anak — generasi yang cerdas dalam pikiran, luhur dalam perilaku, dan sehat dalam kehidupan.

Tidak ada komentar